Peluang dan Tantangan Properti tahun 2015
Memasuki 2015 masih banyak peluang bagi sektor properti, antara lain karena Indonesia merupakan tujuan investasi di Asia Pasifik dan harga properti di Indonesia masih relatif rendah. Sektor properti di Indonesia memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dari negara-negara lain di ASEAN. Pertama, harga properti dan sewa di Indonesia lebih murah dibandingkan negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu contohnya adalah harga rata-rata apartemen dengan ukuran 120m2 yang terletak di Jakarta sebesar US$2.766/m2. Angka ini lebih rendah Manila, Bangkok dan Singapura, yang mencapai US$3.084/m2, US$3.952/m2, dan US$15.521/m2.
Kedua, Indonesia mendapat peringkat investasi yang baik terkait dengan sektor properti. Menurut laporan Emerging Trend in Real Estate Asia Pacific, Jakarta menduduki peringkat tiga dari 23 kota dalam prospek investasi properti tahun 2014. Peringkat yang berdasarkan prospek investasi kota dan prospek pengembangan kota. Ranking tersebut melonjak dari peringkat 20 pada tahun 2010 dan peringkat 19 pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang menarik bagi investor asing terutama untuk sektor properti.
Ketiga, dari sisi permintaan, permintaan domestik terutama untuk hunian masih sangat besar. Kebutuhan perumahan bagi Indonesia pada tahun 2014 bahkan mencapai 15 juta rumah. Angka yang besar ini masih terus bertumbuh karena pasokan yang disediakan oleh pemerintah dan sektor swasta belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, sektor properti masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh antara lain karena porsi kredit properti terhadap total kredit dan PDB masih relatif rendah yaitu sebesar 15,0% dan 2,3%.
Namun, memasuki kuartal terakhir di tahun 2014 terdapat beberapa kebijakan pemerintah yang akan mempengaruhi pertumbuhan sektor property di tahun 2015. Pertama, kecenderungan meningkatnya suku bunga. Sejak 2013, kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) telah mencapai 200 bps dari 5,75% pada awal 2013 menjadi 7,75% pada bulan November 2014. Tren ini kenaikan suku bunga harus diwaspadai karena akan menekan permintaan sektor properti. Dari sisi pengembang, kenaikan suku bunga juga akan meningkatkan biaya dana. Oleh karena itu diperlukan alternatif pembiayaan proyek yang lebih murah dan lebih efisien. Salah satu alternatif untuk pendanaan proyek properti dapat berasal dari pasar modal.
Kenaikan harga bahan bangunan yang akan didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi pada November 2014. Selain itu kenaikan upah provinsi (UMP) rata-rata 12,2% pada tahun 2015 juga akan mengerek nilai konstruksi dan harga jual properti. Kenaikan UMP 2015 terbesar adalah di provinsi Bangka Belitung dan Banten sedangkan yang terendah adalah di provinsi Sulawesi Barat dan Bali
Komentar
Posting Komentar